Selamatkan Makhluk Laut!
Oleh
: Kinan Pramesti
“Ma, kenapa orang
itu membawa kantong kain? Mengapa dia tak memakai kantong plastik saja?” tanya
Ara penasaran. Ara dan Accha sedang menemani mamanya berbelanja di supermarket.
“Itu adalah gerakan kampanye menyelamatkan
lingkungan,” jawab mama. “Kalau kalian mau tahu lebih banyak mama akan jelaskan
di rumah,” lanjut mama menyadari antrian di belakang kasir sangat panjang.
“Enggak usah ma, tadi Ara... cuma tanya
aja,” jawab Ara cepat. Ara memang tak terlalu suka dengan pembicaraan seperti
itu. Tentang lingkungan, plastik dan semacamnya. Sementara Accha sudah berlari
ke luar supermarket.
Sampai di rumah, Ara mengganti bajunya.
Begitu juga dengan Accha. Setelah berganti baju Accha pergi menemui mamanya di
ruang keluarga.
“Sayang, kemaskan barangmu. Besok kita akan
pergi ke rumah nenek di pinggir pantai. Beri tahu Ara juga ya,” kata mama tiba
tiba.
Accha yang senang kemudian berlari ke kamar
untuk menemui Ara. “Araaaaaa, ayo kemasi barang kita, besok kita akan pergi ke
pantai!” teriak Accha menghampiri Ara.
Ara dan Accha kemudian membereskan bajunya.
Mereka akan pergi ke rumah nenek selama tiga hari.
Keesokan paginya, mama, Ara, dan Accha sudah
di dalam mobil. Mama sibuk menyetir. Ara tertidur pulas dengan earphone di
telinganya. Sementara Accha terlihat sedang menggambar di ipadnya.
Beberapa jam kemudian Ara terbangun. Ara
sudah bisa melihat laut dari mobil. Tak lama mama membelokkan mobilnya ke
sebuah gang. Lalu mobil berhenti di depan rumah kayu di dekat tebing pinggir
pantai.
Di depan rumah itu terlihat seorang wanita
paruh baya yang sedang mondar mandir.
“Mba Ningsih?” tanya mama..
“Ya Allah, lama banget kita enggak ketemu,”
kata wanita yang bernama mba Ningsih itu. Mama dan mba Ningsih berpelukan. Ara
dan Accha hanya memandang heran dari dalam mobil.
“Ibu di dalam?” tanya mama kepada mba
Ningsih.
“Iya embah di dalam,” jawab mba Ningsih.
“Ara, Accha, ayo masuk!” perintah mama.
Ara dan Accha kemudian turun dari mobil dan
memasuki rumah itu. Rumah itu di depannya terdapat tangga yang menghubungkan
tanah dengan teras. Di rumah itu banyak sekali barang antik.
“Anak anak, ini nenek kalian. Panggil saja
eyang uti,” kata mama smbil mendorong kursi roda yang di duduki nenek tua.
Nenek itu terlihat kelelahan.
“Oh, jadi ini, Ara sama Accha. Sekarang
sudah besar ya,” kata eyang uti. Ara dan Accha mencium tangan eyang uti. Mereka
baru pertama kali bertemu nenek mereka.
Setelah banyak mengobrol, mama mengajak si
kembar pergi ke pantai. Beberapa meter dari rumah sudah ada lautan yang
membentang luas.
“Jangan buang sampah di laut ya!” pesan
eyang uti. Ara mengabaikan pesan itu. Ia masuk ke mobil dan mengambil botol air
mineral.
Accha yang sudah tidak sabar langsung
menceburkan diri ke laut. Hufft airnya asin. Ara melempar botol air mineralnya,
dan ikut mencebur ke air. Sementara mama mengawasi mereka dari kejauhan. Malamnya
mereka membakar ikan. Eyang uti dan mba Ningsih juga ikut.
Keesokan paginya, Ara dan Accha diajak mba
Ningsih berbelanja ke pasar. Mereka
membeli banyak sayuran dan ikan. Sorenya mama dan mba Ningsih pergi sebentar.
Ara dan Accha tak tahu mama pergi kemana.
Karena bosan Ara mengusulkan agar mereka
bermain di pantai. Tetapi, saat mereka sudah di depan pantai. Mereka mendengar
sesuatu.
“Tolong... Akhh tolong lepaskan aku,” teriak
seseorang. Suara itu berasal dari balik semak semak.
“Itu suara apa?” tanya Accha penasaran. Ara kemuian
mendekati semak itu. “Tunggu, Ara, aku takut,” cegah Accha. “Gimana kalau itu
ternyata nyi roro kidul,” parnonya Accha kumat.
Ara yang penasaran membuka semak itu. Mulut
Ara ternganga lebar. Accha yang berdiri di belakang Ara juga terkejut. Di sana
ada seekor puteri duyung yang cantik. Tetapi puteri duyung itu terlihat sedang
kesusahan melepaskan lilitan sampah dari ekornya.
“A-apakah benar kamu putri duyung?” Ara yang
terkejut memberanikan diri untuk bertanya.
“Benar aku putri duyung. Kagetnya sudah
dong. Bantuin aku melepaskan sampah sialan ini,” umpat putri duyung. Tanpa basa
basi Ara melepaskan lilitan sampah itu dari ekor putri duyung. Accha juga
membantu walau ia sedikit kurang nyaman.
“Terimakasih telah membantuku,” ucap putri
duyung. “Aku peringatkan pada kalian, untuk jangan terlalu banyak menggunakan
sampah plastik. Kami, makhluk laut tidak punya banyak tempat untuk tinggal
karena kalian para manusia banyak membuang sampah plastik ke lautan kami. Tolong
beritahu ini kepada manusia manusia lain. Jika kalian masih terus membuang
sampah ke lautan maka raja palung meminta agar makhluk laut dan makhluk darat
berperang,” kata putri duyung itu panjang lebar. Muka Accha langsung pucat
ketika mendengar kata perang.
“Baik, aku akan berusaha untuk menjaga bumi
ini tetap bersih dan hijau, terimkasih atas nasehatmu putrii duyung,” jawab Ara
yakin.
“Kami makhluk laut sangat berterimakasih
kepadamu, semangat menjaga bumi agar tetap hijau, lawan sampah di sekitarmu!”
putri duyung lalu bersemangat. “Selamat tinggal, terimakasih telah
membebaskanku,” salam putri duyung. Ia kemmudian berenang ke laut dan
menghilang.
“Ayo bantuin aku,” perintah Ara yang berlari
ke pasir.
“Bantuin apa?” tanya Accha.
0 Komentar